Jangan Jadi Mahasiswa Sebelum Siap dengan Hal Ini!
Opini (ringan tapi bikin senang)
Oleh : Rangga Cahyo ML
Hallo! Apa kabar adek-adeku yang tahun ini lulus tanpa UN. Bagaimana perasaan kalian? Mungkin beberapa dari kalian ada yang merasa lega karena sudah terbebas dari jeratan yang bernama "sekolah", karena telah mengurung kalian dengan mata pelajaran tak berimpact pada diri sendiri, dan aturan-aturan absurd dari sekolah, yang tak berpengaruh pada nalar intelektual. Atau mungkin, ada beberapa dari kalian yang lulus dengan kebanggaan karena telah berhasil menyelesaikan proses bersekolah dengan baik, ditambah lagi bisa mengharumkan nama sekolah dengan memenangkan kejuaraan lomba.
Namun, kalian tidak bisa berlama-lama lega, karena hal yang lebih besar dari sekedar lulus harus kalian hadapi ,yaitu memutuskan untuk memilih kuliah, bekerja atau menjadi pengangguran. Bagi lulusan SMK seperti saya, siswa SMK yang sukses adalah mereka yang sudah bekerja ketika lulus nanti. Sedangkan, siswa SMK yang memilih kuliah dimasukan ke dalam kategori pengangguran. Mungkin, hal itu karena setting SMK yang memang mempersiapkan siswanya untuk menggeluti dunia industri. Begitu pula yang terjadi pada siswa SMA, siswa SMA yang sukses adalah mereka yang mampu bersaing untuk masuk ke perguruan tinggi, apalagi masuk PTN. Hal ini wajar, karena setting siswa SMA dimaksudkan untuk memperdalam apa yang telah dipelajarinya di sekolah.
Mau kalian memilih untuk kuliah, bekerja atau menganggur itu tak masalah, karena itu bagian dari proses hidup. Yang terpenting adalah dalam menjalani proses hidup tersebut, kalian bisa menikmati dan membuat kalian mengaktualisasi menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak usah risau jika kalian belum memiliki kesempatan untuk berkuliah ataupun bekerja, yang penting kalian menikmati fase "kesuksesan yang tertunda" tersebut dengan hal-hal yang membuat diri kalian menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ingat! Menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya ya! Bukan menjadi pribadi yang lebih baik dari orang lain!
Teruntuk kalian yang berhasil menembus Perguruan Tinggi Negeri (PTN), saya ucapkan selamat kepada kalian, karena kalian adalah manusia terpilih yang diberi amanah untuk belajar, dan dengan ilmu yang kalian dapat, diharapkan bisa bermanfaat untuk masyarakat, bukan hanya untuk memperkaya diri sendiri. Dan bagi kalian yang belum beruntung mendapatkan bangku PTN jangan risau, masih ada jalan menuju roma. Masih, ada perguruan tinggi swasta (PTS) yang siap menampung kalian.
Namun, sebelum kalian memasuki perguruan tinggi perhatikan hal berikut, agar kalian bisa berproses di perguruann tinggi dengan maksimal.
1. Kesiapan Intelaktual
Jangan Tanya mengapa saya memasukan kesiapan intelaktual menjadi nomor 1. Sudah pasti, perguruan tinggi adalah tempat dimana kita ditempa dengan nalar intelek dan akademis. Kita disuapi dengan berbagi macam teori yang memusingkan dan digembur dengan berbagai macam praktik yang melelahkan. Ditambah lagi kegiatan di luar kuliah yang menguras waktu kencan kita.
Sudah pasti, kesiapan intelektual diperlukan sebelum memasuki perguruan tinggi. Banyak data statistik menunjukan naiknya pengangguran terdidik di kalangan sarjana. Mengapa demikian? Karena banyak orang tua dan anaknya yang masih terjebak dengan romantisme orde baru. Dimana, mereka pikir dengan mendapatkan ijazah kuliah mereka bisa mudah dalam mendapatkan pekerjaan. Sehingga, banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk tetap berkuliah walaupun secara intelektual mereka belum layak untuk memasuki bangku perguruan tinggi. Sehingga, mereka terpaksa memasukan anaknya ke PTS dengan harapan lulus bisa membawa ijazah yang akan ditukar dengan masa depan.
Penulis tidak berbicara bahwa PTS itu jelek ya! PTS juga bagus kok, bahkan system pengajaran dan insfrastrukturnya ada yang lebih maju dibandingkan PTN karena PTS dibebaskan mandiri. Dan PTS dibuat untuk menampung mahasiswa yang tidak mendapatkan kuota di PTN karena keterbatasan jumlah PTN di Indonesia.
Nah, disini yang ingin penulis tegaskan adalah teruntuk kalian yang ingin berkuliah, tuntaskanlah dulu kesiapan intelektual kalian. Bila kalian belum siap memasuki bangku perkuliahan jangan memaksakannya, karena yang akan terjadi ilmu yang kalian dapat hanya sebatas goresan dikepala yang hilang dengan sendirinya tanpa bekas atau hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri.
Sering, dijumpai beberapa mahasiswa yang melakukan operasi hitung cosinus saja masih bingung, bahkan aritmatika dan logika dasar saja masih bingung. Jadi, jangan mengherankan bila pengangguran terdidik di Indonesia terus meningkat karena secara intelaktual mereka belum siap menerima ilmu yang disodorkan untuk mahasiswa. Mungkin lebih tepatnya pengangguran berijazah, bukan pengangguran terdidik, karena sedari awal niat mereka sebatas untuk mencari ijazah bukan benar-benar untuk tolabul 'ngilmi.
2. Mental
Dalam dunia pendidikan ada yang namanya pedagogi yaitu pendidikan berdasarkan umur. Hal, ini didasarkan karena kita melihat kesiapan pelajar dalam mencerna pelajaran sesuai dengan umurnya. Misalnya, pendidikan Paud dan TK lebih menitikberatkan pada lebih banyak porsi bermain dibandingkan belajar karena goals dari pendidikan ini untuk melatih anak bersosialisasi dengan teman sebayanya. Begitu pula ketika memasuki bangku perkuliahan, selain kesiapan intelektual yang perlu dimiliki, Kekuatan mental pun perlu dimiliki juga agar bisa survive.
Banyak teman penulis yang memutuskan untuk berhenti kuliah atau pindah kuliah karena secara mental mereka belum siap, bahkan ada yang diawal masa orientasi kampus selalu ditemani orang tuanya. Terlebih parahnya lagi, remaja masa kini dihantui sebuah penyakit psikologis yang bernama ?"mental ilines" dimana mereka gampang ngambekan ketika digertak atau gagal ketika melakukan sesuatu. Pantas saja, generasi pendahulu menyebut generasi masa kini generasi lembek.
3.Berpendirian
Dunia kampus memang menjadi rimba baru bagi adek-adek mahasiswa baru. Disini banyak berseliweran fakboy, ideology, organisasi, komunitas dan paham-paham lain yang terasa baru bagi adek-adek mahasiswa. Jika mahasiswa tersebut tidak kritis maka ia akan mudah tergiur untuk ikut rayuan seniornya tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Di sini pentingnya pendirian, agar kita tidak tersesat dan bisa kembali ke jalan yang benar. Pernah suatu ketika, penulis mengalami keaadaan nihilnisme dan membuat penulis kehilangan arah untuk hidup. Beruntungnya penulis dibesarkan dalam lingkungan agama yang kuat dan memiliki mentor yang membantu mengoreksi ketika penulis salah.
Berpendirian disini jangan diartikan kita saklek mengikuti dogma terdahulu yang kita anggap kebenaran dan menutup diri untuk open minded. Tapi berpendirian disini adalah kita tau jalan untuk pulang ketika kita tersesat dan memiliki prinsip-prinsip hidup yang tidak membuat kita goyah ketika tertimpa masalah.
Jadi itulah hal yang perlu dipersiapkan sebelum memasuki bangku perkuliahan. Tapi, bagaimana jika saya belum siap dengan semua hal itu, namun sudah terlanjur berkuliah?
Tenang, jangan risau. Sudah sedari awal penulis bilang bahwa kuliah, bekerja, atau menganggur hanya bagian dari proses hidup saja. Yang terpenting adalah kalian menikmati proses tersebut dan berusaha mengaktualisasi diri menjadi pribadi yang lebih baik versi diri kalian sebelumnya.
Jika berkaitan dengan kesiapan intelektual, mental, dan pendirian, itu hanya sebagian kecil dari mata pelajaran kehidupan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, kalian masih bisa mengejar ketertinggalan tersebut dengan belajar layaknya seorang mahasiswa. Dengan cara, memperbanyak literasi dan bacaan-bacaan berat, juga disiplin dalam mengerjakan tugas. Tetapi kedua hal itu saja tidaklah cukup, sebagai seorang mahasiswa, kalian membutuhkan ruang lebih untuk berproses.
Penulis sarankan teman-teman untuk berproses mengikuti ORMAWA(Organisasi Mahasiswa) salah satunya wa bil khususon Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Di HMI kalian akan ditanamkan basic intelektual dan ditempa mentalnya agar menjadi insan yang madani yang berwawasan luas. HMI juga memiliki tujuan untuk "terwujudnya insan yang intelektual,akademis, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat yang adil makmur sesuai dengan perintah Allah SWT." Selain itu, kiprahnya yang sudah tak diragukan lagi yang telah mengawal 75 tahun Indonesia merdeka dan dari rahimnya telah banyak melahirkan tokoh bangsa. Seperti : Cak Nur, Jusuf kalla, Anies Baswedan, Akbar Tanjung, Mushonif Fadli dan masih banyak lagi.
Jadi, persiapkanlah diri kalian sebelum menempuh bangku kuliah dan kami (HMI) selalu open kepada siapa saja yang ingin berproses bersama menjadi pribadi yang lebih baik. Yakinkan dengan iman, Usahakan dengan ilmu, dan Amalkan dengan perbuatan.
Yakusa!
Sumber Image :
https://www.google.com/search?+ugm&&-sS_r5TpAhU_8zgGHYIWBr0Q2-cCegQIABAA&+ugm&&&-EPgq2Y6As&&&&#
Oleh Admin | Sabtu, 2 Mei 2020 - 05:15 WIB
Belum ada komentar